Wednesday 17 May 2017

dini hari, tepat pukul 1:31 usai bercerita panjang lebar dengan sahabat laki-laki (lama) saya, mendadak saya ingat pada sosok seseorang.

yang gelak tawanya bikin kangen, yang nasehat-nasehatnya tidak pernah bosan saya dengar meskipun sering diucapkan berulang-ulang, yang kalau melarang tidak pernah menggurui, yang setiap panggilan telepon-telepon hanya sekadar “Udah bangun? Udah shalat subuh? yang banyak minum air putih! jangan banyak makan pedas! tidur jangan larut malam!”

membuka akun  ini  lalu pindah ke sini baru saya sadar. Saya kangen dia. Kangen sekali.

jaket lusuh kesayangannya, dengkuran saat tidurnya, kacamata bergagang hitam yang biasanya di taruh di sebelah yassin–katanya, biar gampang di ambil. Juga, telapak tangannya yang kasar.

dini hari ini, Saya mengamati satu persatu foto di akun ini. lengkap dari mulai saya masuk UKM di kampus hingga saya pernah siaran di salah satu radio swasta. berfoto dengan teman-teman, adik, sepupu. Gaya dalam foto tersebut juga berbeda-beda, mulai dari tidak melihat kamera, memeluk beberapa teman sampai selfie. Baru saya sadar, saya tidak memiliki foto dengan dia, tidak ada.

hanya untuknya, saya merasa ingin memiliki waktu banyak–untuk sekadar bilang sayang dan hadirnya sebuah pelukan.

untuk bilang, sampai kapan pun, dia adalah cinta pertama. rumah nomor wahid, pujaan hati yang tak ada tandingannya.

untuk bilang, terima kasih untuk setiap keringat yang menetes, untuk setiap uban yang menandakan berapa lama kita bersama.

untuk setiap kasih yang terjalin meskipun tak ada pertalian darah.

untuk setiap keikhlasan berkorban tanpa keluh.

Pah, Saya cinta!
Bandung, 10 Mei 2017
Wida.

No comments:

Post a Comment

Percakapan Dini Hari

"Partikel. Kamu kenapa suka sekali tokoh Zarah Amala?" "Dia pemberani." Sambil melihat halaman demi halaman buku yan...