dini hari, tepat pukul 1:31 usai bercerita panjang lebar dengan
sahabat laki-laki (lama) saya, mendadak saya ingat pada sosok seseorang.
yang gelak tawanya bikin kangen, yang
nasehat-nasehatnya tidak pernah bosan saya dengar meskipun sering
diucapkan berulang-ulang, yang kalau melarang tidak pernah menggurui,
yang setiap panggilan telepon-telepon hanya sekadar “Udah bangun? Udah shalat subuh? yang banyak minum air putih! jangan banyak makan pedas! tidur jangan larut malam!”
membuka akun
ini lalu pindah ke sini baru saya sadar. Saya kangen dia. Kangen sekali.
jaket
lusuh kesayangannya, dengkuran saat tidurnya, kacamata bergagang hitam
yang biasanya di taruh di sebelah yassin–katanya, biar gampang di ambil.
Juga, telapak tangannya yang kasar.
dini hari ini, Saya mengamati
satu persatu foto di akun ini. lengkap dari mulai saya masuk UKM di
kampus hingga saya pernah siaran di salah satu radio swasta. berfoto
dengan teman-teman, adik, sepupu. Gaya dalam foto tersebut juga
berbeda-beda, mulai dari tidak melihat kamera, memeluk beberapa teman
sampai selfie. Baru saya sadar, saya tidak memiliki foto dengan dia, tidak ada.
hanya untuknya, saya merasa ingin memiliki waktu banyak–untuk sekadar bilang sayang dan hadirnya sebuah pelukan.
untuk bilang, sampai kapan pun, dia adalah cinta pertama. rumah nomor wahid, pujaan hati yang tak ada tandingannya.
untuk bilang, terima kasih untuk setiap keringat yang menetes, untuk setiap uban yang menandakan berapa lama kita bersama.
untuk setiap kasih yang terjalin meskipun tak ada pertalian darah.
untuk setiap keikhlasan berkorban tanpa keluh.
Pah, Saya cinta!
Bandung, 10 Mei 2017
Wida.
No comments:
Post a Comment