Untuk laki-laki yang tinggal dalam ingatan
saya,
Satu tahun sudah sejak perpisahan kita,
beberapa hari setelah surat pertama saya tulis untukmu. Kembali, ingatan saya
berhamburan. Segala rasa yang pernah memenuhi hari saya denganmu kembali
menyeruak; Cinta, sayang, aman, kecewa, sakit, benci, kehilangan bahkan rindu
yang tidak berkesudahan.
Pada suatu malam, akhirnya saya
memperbolehkan diri saya menangis hingga menjerit. Agar apa yang menjadi sesak
di dada lepas. Saya membiarkan diri saya mengumpat, mencaci, membenci bahkan
membiarkan tidak memaafkanmu. Dengan harapan, seiring berjalannya waktu saya
bisa berdamai. Tidak lagi memaafkanmu karena terpaksa, karena ingin semua
selesai.
Namun, Sayang, 360 hari ternyata bukan
waktu yang cukup untuk memindahkan segala kenangan di amygdala dalam temporal
lobe agar menyebar ke seluruh permukaan otak dan menjadi rutinitas biasa,
hingga tak ada lagi yang spesial diantara kita. Tidak ada rasa, hanya sekadar
peristiwa biasa, apa adanya.
Semua itu tidak cukup. Tidak bisa. Tidak
akan pernah bisa.
Karena mungkin, kamu bukan untuk dilupakan,
di hindari bahkan dibenci. Kamu hadir untuk selamanya tinggal dihati saya–yang
semakin hari semakin tumbuh.
Tidak apa, Sayang. Tetaplah tinggal selama
kau mau.
Dari perempuan yang (masih) mencintaimu,
Bandung, 13 Februari 2017
Wida.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Percakapan Dini Hari
"Partikel. Kamu kenapa suka sekali tokoh Zarah Amala?" "Dia pemberani." Sambil melihat halaman demi halaman buku yan...
-
"Partikel. Kamu kenapa suka sekali tokoh Zarah Amala?" "Dia pemberani." Sambil melihat halaman demi halaman buku yan...
-
1. Suka sama IU, banget 2. Suka koleksi joke receh ( because receh is lyfe ) 3. Suka juga koleksi meme dan GIF 4. Suka cumi asin goreng ...
-
Begitu ujar Ayahku dalam mimpi. Dahulu, sebelum datang sebuah mimpi yang entah pertanda apa. Saya, adalah pecandu mimpi. Tidak jarang mul...
No comments:
Post a Comment