Wednesday, 8 February 2017

Surat Ini Untukmu

Saya tidak pernah mengerti mengapa saya masih merindukanmu setengah mati. Kau yang pernah berjanji. Janji yang kau ucapkan sebelum kita berpisah. Janji yang saya ingat hingga detik ini, yang akan kau tepati suatu saat nanti.
 
Kau tahu? Saya merindumu melebihi apapun. Bahkan setelah kita berpisah. Setahun kemarin, bulan kemarin, satu minggu yang lalu, setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik.
Surat ini untukmu,

Barangkali dapat menjadi cara untuk penyampaian rindu ini. Rindu yang ingin saya sampaikan pada rumah yang saya tahu. Yang sosoknya saya kagumi, yang setiap nasihat-nasihatnya masih saya ikuti hingga detik ini. Yang padanya saya bisa bercerita apapun. Yang dahulu, bagi saya kau lebih dari sekadar teman.

Surat ini untukmu,
Kau yang tidak biasa memberi harapan-harapan. Namun saya begitu besar mendambamu, seperti bunga layu yang berharap air. Kau yang tak pernah banyak mengatur, namun setiap kata yang kau berikan seperti hipnotis. Kau yang menemani saya saat berada dalam situasi tersulit, menunjukan makna hidup yang lain. Menunjukan dunia yang saya jalani saat ini.

Surat ini untukmu,
Kau tempat yang ingin saya tuju untuk pulang.

Bandung, 8 Februari 2017
Dengan penuh kerinduan,
Wida.

No comments:

Post a Comment

Percakapan Dini Hari

"Partikel. Kamu kenapa suka sekali tokoh Zarah Amala?" "Dia pemberani." Sambil melihat halaman demi halaman buku yan...