Saya tidak pernah mengerti mengapa saya masih merindukanmu setengah
mati. Kau yang pernah berjanji. Janji yang kau ucapkan sebelum kita
berpisah. Janji yang saya ingat hingga detik ini, yang akan kau tepati
suatu saat nanti.
Kau tahu? Saya merindumu melebihi apapun. Bahkan
setelah kita berpisah. Setahun kemarin, bulan kemarin, satu minggu yang
lalu, setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik.
Surat ini untukmu,
Barangkali dapat menjadi cara untuk penyampaian rindu ini. Rindu yang
ingin saya sampaikan pada rumah yang saya tahu. Yang sosoknya saya
kagumi, yang setiap nasihat-nasihatnya masih saya ikuti hingga detik
ini. Yang padanya saya bisa bercerita apapun. Yang dahulu, bagi saya kau
lebih dari sekadar teman.
Surat ini untukmu,
Kau yang tidak biasa memberi harapan-harapan. Namun saya begitu besar
mendambamu, seperti bunga layu yang berharap air. Kau yang tak pernah
banyak mengatur, namun setiap kata yang kau berikan seperti hipnotis.
Kau yang menemani saya saat berada dalam situasi tersulit, menunjukan
makna hidup yang lain. Menunjukan dunia yang saya jalani saat ini.
Surat ini untukmu,
Kau tempat yang ingin saya tuju untuk pulang.
Bandung, 8 Februari 2017
Dengan penuh kerinduan,
Wida.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Percakapan Dini Hari
"Partikel. Kamu kenapa suka sekali tokoh Zarah Amala?" "Dia pemberani." Sambil melihat halaman demi halaman buku yan...
-
"Partikel. Kamu kenapa suka sekali tokoh Zarah Amala?" "Dia pemberani." Sambil melihat halaman demi halaman buku yan...
-
1. Suka sama IU, banget 2. Suka koleksi joke receh ( because receh is lyfe ) 3. Suka juga koleksi meme dan GIF 4. Suka cumi asin goreng ...
-
Begitu ujar Ayahku dalam mimpi. Dahulu, sebelum datang sebuah mimpi yang entah pertanda apa. Saya, adalah pecandu mimpi. Tidak jarang mul...
No comments:
Post a Comment